Bank Sentral Jepang adalah satu-satunya bank sentral yang belum menaikkan suku bunga, meskipun inflasi telah melampaui target 2% selama satu setengah tahun terakhir, Jepang belum dinyatakan bebas deflasi. Perekonomian Jepang mengalami kontraksi yang lebih besar dari perkiraan pada Q3, sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai kekuatan perekonomian Jepang, di saat BOJ sedang mempertimbangkan untuk menghentikan suku bunga negatif.
Perekonomian Jepang menyusut 0,7% q/q di Q3 tahun 2023, ini merupakan kontraksi GDP pertama sejak kuartal ketiga tahun 2022, di tengah meningkatnya tekanan biaya dan meningkatnya hambatan global. Indeks harga konsumen naik menjadi 3,3% y/y di bulan Oktober dan angka CPI Tokyo yang akan dirilis pada hari Jum’at kemungkinan juga akan melambat di bulan November. Penyebab utama pelemahan ini adalah lambatnya pengeluaran keluarga. Selama dua kuartal terakhir, konsumsi menurun drastis karena meningkatnya biaya yang memberikan tekanan pada keuangan rumah tangga. Di sisi lain, pemerintah Jepang baru-baru ini mengumumkan paket stimulus besar yang bertujuan meringankan beban rumah tangga akibat inflasi yang tinggi, sehingga perubahan haluan dalam belanja konsumen mungkin terjadi dalam beberapa bulan mendatang.
Kondisi perekonomian yang serba tidak pasti menjadi hambatan bagi para pengambil kebijakan, meskipun demikian kebijakan ultra-longgar pada akhirnya akan berhenti disaat terjadi kenaikan upah. Namun, hasil dari kebijakan pengendalian kurva imbal hasil (YCC) sedikit lebih rumit. Meskipun menaikkan batas atas target imbal hasil 10-tahun menjadi 1,0% pada bulan Oktober memberikan BoJ pengaruh yang cukup besar terhadap kurva imbal hasil, kecil kemungkinannya bahwa BoJ akan sepenuhnya menyerah pada kebijakan YCC untuk mempertahankan kemampuannya dalam mencegah perubahan imbal hasil yang tiba-tiba. Penurunan imbal hasil obligasi global belakangan ini, juga telah menghilangkan tekanan bagi para pembuat kebijakan untuk memodifikasi strategi YCC mereka lebih lanjut.
Perubahan suku bunga dari BOJ diperkirakan terjadi pada Q2 2024, kemungkinan besar pada pertemuan bulan Juni. Pada saat itu, BoJ akan dapat memastikan kenaikan upah yang solid berdasarkan hasil Shunto. Tren inflasi diperkirakan akan menurun pada awal tahun depan, namun inflasi inti diperkirakan akan tetap di atas 2%. Bahkan jika BoJ melakukan kenaikan suku bunga, operasi pembelian JGB Bank kemungkinan akan terus berlanjut untuk menghindari kenaikan tajam dalam imbal hasil jangka panjang.
Namun, narasi Ueda menunjukkan adanya bias terhadap normalisasi kebijakan. Mengingat sejarah BoJ yang mengejutkan pasar, risiko keputusan mengejutkan pada awal tahun 2024 untuk menaikkan suku bunga atau mengakhiri YCC, atau keduanya tidak dapat diabaikan. Sementara, risiko tersebut sangat rendah untuk pertemuan bulan Desember sehingga sebagian besar reaksi pasar akan bergantung pada perubahan pernyataan Ueda. Petunjuk apa pun bahwa kenaikan suku bunga akan terjadi pada awal tahun 2024 dapat memicu aksi jual dolar AS terhadap mata uang Jepang.
Di sisi lain, peluang penurunan suku bunga The Fed seperti yang disampaikan oleh Jerome Powell pada pertemuan terakhir, telah menguntungkan mata uang Yen dengan mencatat penguatan yang besar untuk kedua kalinya, setelah yang pertama, ketika pertemuan Ueda dengan Perdana Menteri pekan sebelumnya, menyebabkan pergeseran sentimen pasar yang cukup cepat. Sepertinya BOJ sedang membuka jalan menuju normalisasi bertahap dan memberikan sinyal kepada pasar, bahwa waktunya sudah dekat.
Di pasar FX, USDJPY pada perdagangan hari Jum’at naik +0,16% (15/12). Yen melepaskan kenaikan sebelumnya dan berbalik melemah karena komentar hawkish The Fed mendorong dolar lebih tinggi. Yen pada hari Jum’at awalnya bergerak lebih tinggi karena penurunan imbal hasil T-note dan komentar Menteri Keuangan Jepang Suzuki yang memicu short-covering yen, saat ia mengatakan pemerintah akan terus memantau pergerakan mata uang “dengan cermat.” Berita ekonomi Jepang pada hari Jum’at beragam untuk yen. PMI manufaktur Jibun Bank Jepang bulan Desember turun -0,6 menjadi 47,7, level terlemah dalam 10 bulan. Namun, PMI jasa Bank Jibun bulan Desember naik +1,2 menjadi 52,0.
Tinjauan Teknis
Penurunan USDJPY dari 151,90 dipandang sebagai bagian ketiga dari pola korektif dari puncak 2022 di 151,93. Penurunan yang lebih dalam dapat menguji level 50%FR atau 61,8%FR, dari penarikan 127,20 ke 151,90. Penembusan berkelanjutan di sana akan membuka jalan ke support 127,20. Level tersebut sekarang akan tetap menjadi fokus perhatian selama resistance 146,58 bertahan.
Penurunan USDJPY (H8) dari 151,90 masih berlangsung. Namun karena harga rendah sementara terbentuk di 140.92, bias awal minggu ini netral terlebih dahulu untuk konsolidasi. Sisi atas harus dibatasi resistance 146,58 untuk membawa penurunan kembali. Penembusan di 140.92 akan menargetkan level fibonacci selanjutnya di 139,57 dan resistance yang kini menjadi support di 137,90.
Klik disini untuk mengakses Kalender Ekonomi
Ady Phangestu
Market Analyst – HF Educational Office – Indonesia
Disclaimer : Materi ini disediakan sebagai bentuk komunikasi dan informasi semata, bukan sebagai riset investasi independen. Kami tidak merekomendasi investasi atau permintaan untuk membeli atau menjual instrumen keuangan apa pun. Semua informasi yang disajikan berasal dari sumber yang terpercaya dan bereputasi baik. Segala informasi yang memuat indikasi kinerja masa lalu, bukan merupakan jaminan atau indikator atas kinerja masa depan yang bisa diandalkan. Pengguna harus menyadari, bahwa segala investasi dalam Produk dengan Leverage memiliki tingkat ketidakpastian tertentu dan bahwa segala investasi sejenis ini, melibatkan risiko tingkat tinggi yang kewajiban dan tanggung jawabnya semata-mata ditanggung oleh pengguna. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari investasi apa pun yang dilakukan berdasarkan informasi yang disediakan dalam informasi ini. Dilarang untuk memproduksi ulang atau mendistribusikan informasi ini, tanpa izin tertulis sebelumnya dari kami.
Peringatan Risiko : Perdagangan Produk dengan Leverage seperti Forex dan Derivatif mungkin tidak cocok bagi semua investor, karena mengandung risiko tingkat tinggi atas modal Anda. Sebelum melakukan perdagangan harap pastikan, bahwa Anda memahami sepenuhnya kandungan risiko yang terlibat, dengan mempertimbangkan tujuan investasi dan tingkat pengalaman Anda dan bila perlu carilah saran dan masukan dari pihak independen.